Yogyakarta( 11/10) Walaupun tidak ada bedanya dengan jalan-jalan yang ada di setiap kota, akan tetapi nama Malioboro mempunyai pesona tersendiri bagi wisatawan. Entah daya tarik apa yang membuat jalan yang memisahkan kota yogyakarta ini selalu memikat wisatawan.
Rasanya benar juga apa kata orang yang berkunjung ke kota yogyakarta tidak akan ada bosannya, pernah sesekali kesana pasti suatu saat akan ada keinginan untuk kembali lagi.
Kata-kata itu tampaknya benar seperti apa yang di alami banyak orang, walaupun sudah sering berkunjung kesana, namun keinginan untuk kembali ke kota gudeg ini masih saja tetap ada dan tidak ada istilah bosan. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata andalan, kota Yogyakarta memang mempunyai berbagai pesona yang mampu mengikat wisatawan, karena kemampuan untuk menjual potensi wilayahnya, maka tak heran kalau kota yang dijuluki “kota pelajar” dan “kota seniman”ini menduduki daerah ke-3 setelah Jakarta dan Bali dalam menarik wisatawan. Menurut Bambang husni (45) guru Sma muhammadiyah 11 Rawamangun jakarta, setiap Study Tour ke Yogyakarta tidak lupa untuk mampir Malioboro bersama rombongan siswa-siswi nya ke malioboro untuk membeli oleh-oleh khas kota pelajar tersebut.
Menelusuri Malioboro
Potensi pariwisata daerah ini memang luar biasa besarnya, mulai dari terkenal sebagai pusat pengembangan kebudayaan sejak jaman kerajaan mataram kuno, keadaan alamnya kemampuan masyarakatnya dalam menciptakan berbagai produk kerajinan aksesoris, keindahan gunung merapi, keindahan pantai, sampai wisata yang berkualifkasi di dunia yang memikat para wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Potensi-potensi itulah yang menjadi dorongan wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta. Namun dari semuanya itu ada satu hal yang tak dapat dilupakan, atau rasanya tidak akan lengkap kalau mengunjungi kota yogyakarta tanpa menelusuri jalan malioboro. Jalan ini merupakan jantungnya kota, tempat segala kegiatan masyarakatnya.
Denyut kehidupan di sepanjang jalan ini terus berlangsung siang maupun malam, malioboro tidak pernah tidur, tempat berbagai kegiatan seperti toko, pasar, hotel, rumah makan, sampai pusat perkantoran serta instansi pemerintah ada di sini. Setelah seharian sibuk, mulai jam 21.00 WIB malioboro berganti suasana, toko-toko yang menjual aneka macam kebutuhan mulai ditutup, suasana yang semula terang benderang diselingi pengamen khas kota yogyakarta dari toko satu ke toko lainnya berubah menjadi redup dan sepi.
Begitu pula pedagang emperan toko yang menjajakan berbagai cinderamata serta aksesoris mulai mengemasi barang daganganya seolah-olah peraturan yang selalu tetap ditaati. Hiruk pikuk malioboro terlihat pada siang hari yang semakin nampak setelah penarik becak, andong dan kendaraan roda empat seperti (trans jogja, kendaraan pribadi,) memenuhi jalan ini, sehingga memberikan beban bagi petugas kepolisian pariwisata yang selau bersiap-siap dan berjaga-jaga dan siap membantu wisatawan apabila menemui kesulitan di lingkungan tersebut.
Pedagang cinderamata
Kegiatan pedagang cinderamata ini sebenarnya telah berlangsung sejak lama salah satu pedagang yang sudah berjualan 7 tahun silam salah satu nya pak Anwar yang menjual pernak-pernik atau aksesoris di Malioboro. Umurnya sudah 40 tahun, hidup dengan usaha dagangannya.
Ia menjual barang-barang seperti gelang, anting, kalung, gantungan kunci, sabuk, cincin, serta hiasana rumah lainnya. Bahan baku barang di datangkan dari pengrajin, dan kemudian di rakit olehnya. Untuk penghasilan dari setiap item yang di dapat dari pengrajin mencapai Rp.3000.
Penghasilan pria asal sumatra utara (Medan) ini dalam 1 hari mencapai Rp.100.000, dan jika pengunjung sedang ramai, penghasilannya sampai Rp.250.000. Disaat ada even, atau lagi masa liburan, pengunjung biasanya ramai dan pak Anwar bisa mendapat untuk yang banyak. Pengunjung sepi di saat masa puasa. Pria setengah baya ini memilih bahan baku dari kayu, tulang sapi dan tulang ikan, batok kelapa, serta kulit untuk barang-barang yang dijualnya. jika kita mau berbelanja pedagang ini berjualan dari jam 09.00 pagi hingga jam 20.30 malam.
Sebenarnya Malioboro tak lebih dari sebuah jalan dengan jejeran toko, restoran dan perkantoran atau instansi pemerintah, namun tempat itu sampai saat ini selalu disinggahi wisatawan, sulit memang mencari alasan apa yang menyebabkan seseorang selalu ingin kesana seolah-olah tempat itu menjadi daya tarik yang begitu kuat yang menaklukan mereka yang berkunjung ke Yogyakarta. Oleh: Alvin Ardian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar