Kota Yogyakarta memang sarat predikat, baik yang berasal dari sejarah maupun potensinya. Predikat yang melekat selama ini adalah sebagai kota perjuangan, kota budaya, kota pelajar serta kota pariwisata. Sebutan kota perjuangan ini ditorehkan berdasar peran kota Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman colonial Belanda, aman penjajahan jepang, maupun jaman ketika bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan.
Sebutan kota budaya berkait erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi, sejak Kasultanan dan Kadipaten Pakualaman berdiri, hingga sekarang masih dilestarikan keberadaannya. Sedangkan salah satu obyek wisata yang selalu menjadi salah satu tujuan para pelancong adalah kawasan nostalgia Malioboro. Bahkan ada pomeo, siapapun belum ke Jogja bila belum menginjakkan kaki di Malioboro.
Selain memiliki obyek wisata andalan, Yogyakarta sebenarnya memiliki satu kawasan yang dapat dijadikan obyek wisata alternative, yakni kawasan pinggiran kali code. Salah seorang tokoh masyarakat pinggiran kali Code, Totok, menyebutkan, kawasan code diakui mempunyai potensi kepariwisataan, dan Jogja memerlukan obyek wisata alternative.
Secara karakteristik, kawasan kali Code sendiri memiliki ciri-ciri yang menarik di setiap penggalan jalan yang dibelahnya. Seperti yang dapat diamati dari atas jembatan Sarjito. Bila memandang ke arah utara, yang terlihat adalah hijauan tumbuhan yang subur di sana, serta lingkungan yang asri. Dengan demikian, ini akan menjadi sebuah bentuk kenyamanan tersendiri yang dapat dinikmati wisatawan.
Sedangkan bila berdiri di atas jembatan Sarjito sisi selatan, yang terlihat adalah rumah rumah sederhana di pinggi kali Code, namun tertata rapi. Sedangkan di latar belakang terlihat bangunan tinggi yang menjulang. Sementara itu, bila pelancong sedang berada di pusat kota Yogyakarta, misalnya berdiri di atas jembatan Jendral Sudirman dan melihat kea rah selatan, sebagaimana dikatakan Totok, pinggiran kali yang dulu kumuh, kini tertata rapi, berkat sentuhan kemanusiaan almarhum Romo Mangun, yang pernah tinggal lama di kawasan ini.
Namun, sebagaimana disebutkan Bagus Sumbarja, anggota DPRD Kota Yogyakarta, untuk mengelola kawasan wisata baru yang sedemikian luas, pasti dibutuhkan penanganan yang terpadu, baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Kali Code, yang membelah tengah kota Yogyakarta/ kini tak lagi kumuh. Masyarakat yang tinggal di Pinggiran kali ini, kelak diharapkan dapat memetik buahnya, yakni membanjirnya pelancong asing maupun nusantara, bukan hantaman banjir bandang yang pernah mereka derita belasan tahun silam.
Oleh: Remington Hendrik (153060035)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar