Kamis, 30 Desember 2010

Merapi Membawa Berkah



Yogyakarta terkenal dengan kota yang kaya akan tempat kuliner. Banyak sekali tempat-tempat makan yang bisa kita temui di Yogyakarta. Mulai dari makanan yang berlevel internasional sampai pada makanan yang tradisional. Aneka tempat makan, tempat jajanan pasar, lesehan, warung-warung di pinggir jalan, hingga rumah makan yang besar.
Kali ini, saya tertarik untuk mencoba salah satu hasil karya yang ada di Yogyakarta. Biasanya setiap pagi banyak sekali orang-orang yang keluar rumah untuk mencari makanan untuk sarapan. yang satu ini, mungkin tepat untuk dijadikan tempat kita untuk sarapan pagi.
Sarapan pagi memang agak berbeda dengan makan siang dan makan malambagi sebagian orang, namun untuk sebagian orang sama saja. Bagi yang ingin sekedar sarapan dan tidak ingin mencicipi makanan berat, soto salah satu makanan yang pas untuk dijadikan makanan untuk saparan. Karena soto tidak merupakan makanan berat, dan hanya sebagi penganjal perut dipagi hari.
Soto Si Mbok merupakan salah satu dari sekian banyak tempat sarapan soto yang ada di Yogyakarta. Usaha soto ini telah ada sejak lama. Berjalan melewati Jalan Solo, dan masuk ke dalam gang yang di sambut oleh gapura kampus Sanata Dharma. Tepatnya di Jl. Tasuro Pugeran Maguwoharjo, kita bisa jumpai tempat makan soto ini Si Mbok ini. Gampang di cari dan berada di pinggir jalan, tidak menjadi hambatan untuk mampir dan makan untuk sarapan di pagi hari.
Saat mencari tempat makan Soto Si Mbok, ternyata memang tidak sulit, dan saya langsung mapir dan memcicipi soto yang sangat ramai dikunjungi oleh pengunjung. Ada yang datang, ada yang pergi, demikianlah situasi dan aktivitas di warungSoto Si Mbok. Nama Si Mbok yang menjadi nama tempat makan ini, merupakan suatu gagasan yang muncul secara tidak senggaja. Adalah anak-anak dari ibu Karni dan masyarakat sekitar, yang secara terus-menerus memanggil ibu Karni dengan sebutan Si Mbok, menjadi ide untuk menjadikan warung makan stonya menjadi Soto Si Mbok.
Saat ngobrol dan bertanya-tanya dengan Si Mbok, ia mengatakan “Ini anak saya yang paling kecil, sering manggil saya dengan sebutan Si Mbok, eh malah diikuti oleeh masyarakat sekitar. Sangking seringnya, jadi kebiasaan aja di panggil dengan sebutan Mbok. Di samping itu, ternyata Si Mbok, menjadi nama keberuntungan mas, setelah buka usaha soto ini, usaha saya ini laris manis sampai sekarang, ungkap ibu Karni di sela-sela aktivitasnya melayani pembeli”.
Sambil makan, sambil ngobrol dengan Si Mbok, saya menjadi penasaran untuk tahu bagaimana usaha Si Mbok ini bisa awet sampai sekarang, apalagi sebagai tempat makan sekelas soto, yang mana kita tahu, banyak sekali terdapat tempat makan soto di Yogyakarta.
Ibu Karni ternyata memulai usahanya bukan dari berjualan soto, tapi mulai dari usaha Mie ayam, bakso. Setahun berjalan, semuanya tidak dapat bertahan, karena banyaknya penjual-penjual yang memiliki usaha yang sama, an akhirnya ibu Karni memutuskan untuk tidak melanjutkan usahanya itu, karena dianggap tidak mendapatkan untung dan balik modal. Hal itu terjadi pada awal tahun 1999. Awal 2000 ia mempunyai ide untuk membuka warung dengan format yang berbeda, yaitu warung nasi sayur. Lagi-lagi, tidak mendapatkan apa-apa dari usaha itu, yang hanya bertahan lima bulan.
Inilah awal dari segalanya. Berawal dari segala kegagalan yang perna dialami, ibu Karni terus mencoba usaha yang bisa ia tekuni. Pilihannya jatuh pada usaha soto. Alasannya jatuh pada soto adalah dimana soto menjadi makanan ringan untuk sarapan. Pilihan itu trnyata tidak salah dan sangat tepat. Pertengahan tahun2000 usaha soto ini di buka dan dimulai dari awal, sama halnya denganusaha-usaha yang lainnya. Dengan harga satu porsi soto pada masa itu Rp. 1.500. Usahanya terus ia geluti dan jalani, dan ia mendapatkan hal yang berbeda dari usaha-usaha lainnya.
“Awalnya usaha mie ayam dan bakso mas, usaha saya malah bangkrut. Tak lanjuti denga usaha nasi sayur, malah sama juga. Setelah modal dikumpulkan kembali, buat lagi usaha soto, malah bertahan sampai sekarang mas, tutur Si Mbok. Usaha yang bisa bertahan hingga sampai satu tahun, itu ciri usaha yang bisa bertahan lama. “Waktunya satu tahun aja mas, dimana kalau kita ingin tahu usaha itu bisa bertahan. Kalau satu tahun udah lewat, bearti usaha itu bisa bertahan lama, tambah ibu lima anak ini.
Semakin lama bertahan, semakin banyak informasi yang saya dapai dari usaha Si Mbok ini. Hingga saat ini, soto Si Mbok sudah memiliki lima cabang yang berada di Yogyakarta. Ini semua berkat dari ketekunan dan keseriusan ibu Karni dalam mengelolah usaha sotonya ini. Usaha ini merupakan usaha bersama atau usaha keluarga. Karena untuk pekerja yang ada di warung soto Si Mbok, ibu Karni memperkerjakan saudara-saudaranya yang bersedia berkerja pada ibu Karni. Untuk gaji karyawan yang ada di warung Si Mbok, bermacam-macam. Untuk yang lama, mencapai Rp. 800.000, tapi untuk karyawan yang baru Rp. 500.000-Rp.650.000.
 Pada tahun 2004, ibu Karni membuka cabang soto Si Mbok II dan di kelolah oleh Marlan, keponakan dari ibu Karni sendiri. Belokasikan di Jl. Kepusari 18, depan kampus Sanata Dharma Maguwoharjo. Bergegas untuk menuju Si Mbok II, mengendarai motor, melelui jalan menuju ke arah Stadion Maguwoharjo, dan tepat di depan kampus Sanata Dharma, akhirnya saya jumpai warung soto Si Mbok II. Di sambut oleh seorang anak muda, yang menyangka saya hendak untuk memesan soto. Langsung saja saya potong, dengan memperkenalkan diri saya, dan apa tujuan saya. Kami duduk sejenak, dan ngobrol-ngobrol.
Untuk warung soto Si Mbok II, ayam yang dibelanjakan setiap harinya mencapai 10-15 kg, dan itu akan habis jika sampai sore. Pengunjung yang datang ke soto Si Mbok II kebanyakan dari mahasiswa dari mahasiswa yang berasal dari Sanata Dharma, dan dari masyarakat sekitar juga. Untuk pendapatan perharinya, soto Si Mbok II ini mencapai Rp. 700.000-Rp. 850.000 perhari. Merasa cukup mendapatkan informasi, saya diberi tahu abhwa ada satu lagi cabang dari soto Si Mbok, yaitu Si Mbok III, yang berada di Jl. Candi Gendang.
Berjalan terus, menyusuri jalan yang bisa di lewati, sambil melihat kiri-kanan jalan untuk mencari tahu letak dari soto Si Mbok III. Setelah melewati Pamela, turunan sedikit, akhirnya saya mendapati waung soto Si Mbok III. Kebetulan lagi sepi, dan tak ada pengunjung di warung. Saya berjumpa dengan seorang wanita dan langsung berkenalan, namanya Janti. Mba Janti merupakan menantu dari ibu Karni. Memulai usaha soto berkat dari ibu Karni, tahun 2007 berdiri, sampai sekarang. Disela-sela obrolan, ada pelangan yang mampir untuk makan soto, dan mba Janti melayani para pelanggannya.
Untuk soto Si Mbok III, mba Janti mempersiapkan ayam 10kg-20kg perharinya, karena di soto Si Mbok III cukup rame di kunjungi oleh orang. Ketika ditanya tentang untung atau pendapatan perhari, mba Janti menyebutkan mencapai Rp. 1000.000 perhari. “Ini belum untung mas, tapi masih pendapatan kotor, belum di potong untuk belanja keperluan warung, Ungkapnya”.

Pengaruh Merapi
Bak mendapatkan rejeki, dan bisa dikatakan Merapi membawa berkah. Mungkin itulah yang di alami oleh Si Mbok. Ketika ditanya bagaimana usahanya ketika bencana merapi, ibu Karni langsung menyebutkan, warung sotonya sangat ramai dan laris. Banyak dari warga atau masyarakat. dan banyak juga dari para relawan yang ketika lewat, mampir untuk makan soto Si Mbok.
“Perna mas, satu hari saya mendapat penghasilan yang tidak seperti biasanya, mencapai Rp. 1.700.000. itu terjadi pas bencana merapi mas” ungkap bu Karni senang.
Ternyata dengan adanya bencana Merapi, tidak membuat masyarakat atau pengunjung enggan keluar rumah untuk mencari makanan. Memang saat itu, yang membuat rame warung soto Si Mbok adalah para mahasiswa yang beraktifitas dalam membantu korban merpai, ada dari para relawan yang kebetulan lewat dan menyempatkan untuk mampir menikmati soto Si Mbok.
Saat bencana Merapi, memenag tidak ada niat untuk menutup warung, memang bukanya agak siang, namun itu semua menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi warung soto Si Mbok, yang mendapatkan keuntungan di saat Merapi.
“Pengunjung malah rame mas, mahasiswa, relawan yang kebetulan lewat untuk mencari makanan. Kan kebanyakan warung-warung pada tutup tuh, jadi warung saya jadi rame de mas” tambahnya dengan penuh canda.
Pertualangan saya berakhir di warung soto Si Mbok III, dan saya di bungkuskan satu porsi soto dari Mba Janti sebagai ucapan terima kasih telah berkunjung ke setiap cabang warung soto Si Mbok.




Mantap…..


Oleh: Remington Hendrik (153060035)
Narasumber: Ibu Karni, Marlan, Mba Janti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar